KENALI DIRI


Kenali Diri


by : Masgartha Kuartanegra
ISLAM yang telah Allah redhakan untuk menjadi agama kita, dan disampaikan melalui utusan-Nya Nabi Muhammad SAW merupakan satu syariat yang mencakup persoalan hidup lahir dan batin. Syariat lahir disebut syariat. Syariat batin disebut hakikat. Hal itu sangat sesuai dengan struktur kejadian manusia itu sendiri yang merupakan kombinasi antara jasad lahir dan jasad batin.

Jasad lahir adalah semua anggota tubuh kita yang nampak dengan mata. Sedangkan jasad batin adalah jasad gaib yang menggerakkan seluruh anggota lahir. Jasad batin dapat merasa, mengingat, memikirkan, mengetahui, memahami segala sesuatu yang terjadi di dalam diri kita masing-masing. Allah SWT menetapkan bahwa syariat lahir untuk diamalkan oleh jasad lahir sedangkan syariat batin untuk diamalkan oleh jasad batin yaitu ruh.

Sesuai dengan keadaan lahir batin kita yang saling berkaitan erat tanpa terpisah-pisah maka begitu pula amalan lahir dan batin wajib dilaksanakan secara serentak di setiap waktu dan keadaan. Kalau kita membeda-bedakan atau menolak salah satu dari amalan itu, maka kita tidak mungkin menjadi hamba Allah yang sebenarnya sebab Islam memandang syariat itu sebagai kulit, sedangkan hakikat itu adalah intipati.

Kedua-duanya sama-sama penting dan saling memerlukan, ibarat kulit dan isi pada buah-buahan. Keduanya mesti ada untuk kesempurnaan wujud buah itu sendiri. Tanpa kulit, isi tidak selamat malah isi tidak mungkin ada kalau kulit tidak ada. Sebaliknya tanpa isi, kulit jadi tidak berarti apa-apa. Sebab buah yang dimakan adalah isinya bukan kulitnya.

Begitu juga hubungan syariat dan hakikat. Keduanya mesti diterima dan diamalkan serentak. Keduanya saling mengisi dan memerlukan. Kalau kita bersyariat saja (artinya berkulit saja tanpa isi), itu tidak membawa arti apa-apa di sisi Allah.

Sabda Rasulullah SAW:
Terjemahannya : “Allah tidak memandang rupa dan harta kamu tetapi Dia memandang hati dan amalan kamu.” (Riwayat : Muslim)

Sebaliknya kalau kita berhakikat saja (isi tanpa kulit), maka tidak ada jaminan keselamatan dari Allah SWT. Hakikat itu akan mudah rusak, dan kita sama sekali tidak akan memperoleh apa-apa, bahkan agama Islam yang kita anut akan rusak tanpa kita sadari.
Berkata Imam Malik Rahimahullahu Taala:
Terjemahannya : “Barangsiapa berfiqih (syariat) dan tidak bertasawuf maka ia jadi fasik. Barangsiapayang bertasawuf (hakikat) tanpa fiqih maka ia adalah kafir zindik.”
Artinya kita mesti mengamalkan keduanya sekaligus, yaitu syariat dan hakikat. Kalau kita pilih salah satu, kita tidak akan selamat. Kalau kita bersyariat saja tanpa dilindungi oleh hakikat, kita akan menjadi fasik. Dan kalau kita berhakikat saja tanpa dikawal oleh syariat, maka hakikat itu akan mudah rusak sehingga kita jatuh kafir zindik (kafir tanpa sadar).

Begitulah pentingnya syariat dan hakikat. Tetapi bila kedua-duanya ada, maka hakikatlah yang lebih utama.

Seperti dalam sabda Rasulullah SAW:
Terjemahannya : Allah tidak memandang rupa dan harta kamu tetapi Dia memandang hati dan amalan kamu. (Riwayat : Muslim)

Hadis itu tidak bermaksud bahwa syariat tidak penting. Bahkan syariat juga adalah hukum-hukum fardhu yang wajib diamalkan oleh seluruh umat Islam. Hanya saja dalam keadaan keduanya (syariat dan hakikat) itu sama-sama diamalkan, Allah memberi keutamaan pada amalan hakikat. Perbandingannya seperti antara kulit dan isi buah. Kedua-duanya sama penting, tetapi manusia memberi keutamaan pada isi sebab bisa dimakan.

Begitulah peranan hakikat. Peranannya menentukan berakhlak atau tidaknya seorang manusia kepada Allah dan kepada sesama manusia. Orang yang kuat amalan batinnya atau tinggi pencapaian tasawufnya adalah orang yang hatinya selalu dekat dengan Allah. Ia senantiasa merasakan kebesaran Allah, dibandingkan dirinya yang maha lemah dan senantiasa memerlukan pertolongan Allah. Ia sangat beradab dengan Allah dan dapat mengorbankan dunia untuk Tuhannya. Ia juga mampu mengasihi semua manusia, bersedia susah untuk manusia dan akan menyelamatkan manusia dari tipuan dunia, nafsu dan syaitan.
Sebaliknya orang yang lemah dalam amalan batin adalah orang yang hatinya jauh dan terpisah dari Allah. Ia tidak takut dengan Allah, tidak malu, tidak harap, dan tidak cinta kepada Allah. Ia tidak redha dan tidak sabar, kurang beradab dengan Allah, penuh hasad dengki, sombong, bakhil, dendam dan pemarah. Ia akan menjadi seorang pencinta dunia yang bekerja keras hanya untuk dunianya. Orang seperti itu selalu dibelenggu oleh kecintaan kepada dunia hingga takut berjuang dan berjihad untuk agama Allah serta untuk kehidupan akhirat yang kekal abadi.

Orang yang tidak berhakikat, sekalipun melakukan ibadah shalat, puasa, dan banyak membaca Al Quran serta gigih berjuang adalah orang yang kurang berakhlak dengan Allah dan kurang berakhlak dengan manusia.

Kurangnya amalan batin dapat menyebabkan orang-orang yang tidak berhakikat itu biasanya mati dalam dosa yang tidak sadar. Mungkin dosa karena buruk sangka dengan Allah, putus asa dengan ketentuan Allah, tidak redha dengan takdir Allah atau dosa karena merasa bahwa amalannya lah yang akan menyelamatkan dirinya dari neraka Allah.

Rasa riya’, ujub atau merasa diri bersih itu pun adalah dosa batin. Dosa batin, tak seorang pun yang dapat melihatnya, bahkan diri sendiri pun tidak dapat merasakannya. Hanya orang yang mempunyai basirah (pandangan hati yang tembus) saja yang dapat mengetahuinya.

Nanti, bila Allah bukakan segala kesalahan (dosa-dosa batin itu) di akhirat, barulah manusia akan terkejut dan tersentak.

Ulama tasawuf berkata:
“Biarlah sedikit amalan beserta rasa takut pada Allah, karena itu lebih baik daripada banyak amalan tetapi tidak ada rasa takut dengan Allah. Lebih baik orang yang merasa berdosa dan bersalah dengan Allah daripada orang yang banyak amalan tetapi tidak rasa berdosa pada Allah bahkan dia merasa telah cukup dengan amalan itu.”

Firman Allah :
Terjemahannya : Hari kiamat ialah hari dimana harta dan anak-anak tidak dapat memberi manfaat, kecuali mereka yang menghadap Allah membawa hati yang selamat sejahtera.(Asy Syuara: 88-89)

Hati yang selamat sejahtera ialah hati orang bertaqwa yang berisi iman, yakin, ikhlas, redha, sabar, syukur, tawakal, takut, harap dan lain-lain rasa hati dengan Allah SWT. Hati yang senantiasa merasa sehat dalam kesakitan, kaya dalam kemiskinan, ramai dalam kesendirian, lapang dalam kesempitan dan terhibur dalam kesusahan. Ia bersikap redha dengan apa saja pemberian Tuhan-Nya.

Untuk memperoleh hati yang seperti itu, kita mesti bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu untuk melakukan amalan lahir dan batin (syariat dan hakikat). Kedua-duanya akan saling mengawal untuk mengangkat kita ke taraf taqwa.

Syariat dan hakikat akan mendidik dan memimpin kita menjadi seorang insan kamil yang mampu memenuhi keinginan dan keperluan fitrah murni manusia secara suci lagi mulia. Orang seperti itulah yang Allah maksudkan sebagai golongan As Siddiqin atau golongan Al ‘Arifin. Sifat mereka Allah uraikan dalam Surah Al Furqaan ayat 63-74:
Merekalah orang-orang bertaqwa yang akan memperoleh ketenangan hidup di dunia dan di akhirat. Mereka adalah tempat untuk kita mempelajari dan mencontoh kehidupan yang aman dan bahagia. Suasana seperti itu pernah terjadi, yaitu dalam kehidupan salafussoleh. Mereka telah menjalani suatu kehidupan, di mana mereka menerima dan mengamalkan sepenuhnya kehendak syariat dan hakikat. Hasilnya, mereka (para salafussoleh) menjadi orang-orang yang bahagia dan membahagiakan orang lain.
Sejarah 15 abad yang silam memberitahu kepada kita bahwa 3/4 dunia menjadi tenang, aman dan damai di bawah pemerintahan mereka. Kawan maupun lawan merasa selamat berada di dalam kekuasaan mereka. Demikianlah satu kenyataan yang membuktikan bahwa sekiranya manusia patuh menjalani syariat lahir dan batin, maka selamat dan berbahagialah mereka di dunia dan di akhirat.

AMALAN LAHIR DAN AMALAN BATIN


AMALAN LAHIR DAN AMALAN BATIN
by : Masgartha Kuartanegera
SYARIAT ialah amalan-amalan lahir yang diperintahkan kepada umat Islam baik wajib maupun sunat. Dan apa saja yang dilarang baik yang haram atau makruh termasuk juga amalan-amalan yang kedudukannya mubah.

Syariat lahir terbagi dua :

1. Hablumminallah
2. Hablumminannas

Hablumminallah ialah amalan-amalan yang termasuk persoalan ibadah. Contohnya solat, puasa, zakat, haji, baca Al Quran, doa, zikir, tahlil, selawat dan lain-lain.

Hablumminannas ialah amalan-amalan lahir kita yang termasuk dalam bidang-bidang muamalat (kerja-kerja yang ada hubungannya dengan masyarakat), munakahat (persoalan kekeluargaan) dan jenayah serta tarbiah Islamiah, soal-soal siasah, fisabilillah, jihad dan persoalan alam beserta isinya.

Sedangkan HAKIKAT ialah amalan batin yang diperintahkan ataupun yang dilarang oleh Allah SWT kepada umat Islam. Amalan yang diperintahkan, dikenal sebagai sifat mahmudah (sifat-sifat terpuji) dan yang dilarang ialah sifat mazmumah (sifat-sifat terkeji).
Hakikat juga terbagi dua :

1. Berakhlak dengan Allah
2. Berakhlak dengan manusia

Bentuk-bentuk akhlak dengan Allah di antaranya ialah :

Mengenal Allah dengan yakin
Merasakan kehebatan Allah
Merasa gentar dengan Neraka Allah
Merasa senantiasa diawasi oleh Allah
Merasa hina diri dan malu dengan Allah
Merasa redha terhadap setiap takdir dan ketentuan Allah SWT
Sabar dengan berbagai ujian Allah
Mensyukuri nikmat-nikmat pemberian Allah
Mencintai Allah
Merasa takut pada Allah atas kelalaian dan dosa-dosa
Tawakal kepada Allah
Merasa harap pada rahmat Allah
Rindu pada Allah
Senantiasa mengingat Allah
Rindu pada syurga Allah karena ingin bertemu dengan-Nya
Bentuk-bentuk akhlak kepada manusia :
Mengasihinya sebagaimana kita mengasihi diri kita sendiri
Merasa gembira di atas kegembiraannya dan turut berdukacita karena kedukacitaannya
Menginginkan kebahagiaan untuknya di samping berharap agar musibah menjauhinya
Benci pada kejahatannya tetapi kasihan pada dirinya hingga timbul perasaan untuk menasehatinya
Pemurah padanya
Bertenggang rasa dengannya
Mengenang jasanya dan berusaha membalasnya karena Allah

Memaafkan kesalahannya dan sanggup meminta maaf atas kesalahan padanya
Kebaikannya disanjung dan diikuti, kejahatannya dinasehati dan dirahasiakan.

Lapang dada berhadapan dengan macam-macam manusia, Bersikap baik sangka kepada sesame orang Islam. Tawadhuk dengan sesama manusia.

Keduanya, syariat dan hakikat adalah perkara yang sangat penting untuk membentuk pribadi yang benar-benar bertakwa dan terlepas dari sifat-sifat munafik.

Kita wajib mengamalkan keduanya secara serentak dan seiring. Namun mesti diakui bahwa tidak mudah bagi kita untuk mengamalkannya.

Allah SWT menjelaskan hal itu dengan firman-Nya dalam surah Al Baqarah :
Terjemahannya :
“Mintalah bantuan dalam urusanmu dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu adalah sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk yaitu orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa kepada-Nya lah mereka akan kembali.” (Al Baqarah : 45)

Allah SWT mengatakan untuk menjadi orang yang sabar itu susah dan untuk menjadi orang-orang yang tetap mengerjakan shalat itu juga susah. Maknanya amalan lahir dan batin itu memang susah untuk diamalkan. Tetapi hal itu menjadi mudah bila kita dapat memiliki sesuatu yang lebih penting dari keduanya yaitu rasa khusyuk dengan Allah (rasa diawasi Allah setiap masa), yakni yakin dengan pertemuan dan pengembalian diri ke hadirat Allah SWT di akhirat nanti.

Dari situ kita akan faham bahwa di antara amalan lahir dan batin, yang mesti diberatkan dan didahulukan pada diri kita ialah amalan batin. Kita berusaha dulu mendapatkan rasa khusyuk atau yakin akan kewujudan Allah serta pertemuan kembali kita dengan-Nya di satu hari nanti, barulah kita akan memiliki kekuatan untuk mengamalkan syariat dan hakikat.

Tanpa rasa khusyuk itu, kita tidak akan dapat mengalahkan hawa nafsu dan syaitan yang senantiasa bersungguh-sungguh mengajak kita mendurhakai Allah.
Itulah panduan kita untuk memperjuangkan Islam dalam diri kita. Yang mesti didahulukan ialah berusaha supaya hati kita berubah, dari hati yang tidak kenal Allah kepada hati yang khusyuk dan cinta kepada Allah. Dari hati yang lalai kepada hati yang senantiasa mengingat Allah.
Bila hati sudah cinta pada Allah, kita akan merasa ringan dalam menerima dan mengamalkan syariat Allah lahir dan batin

BANGGALAH MENJADI DIRI SENDIRI


Banggalah  Menjadi Diri Sendiri

 

“ Bersyukurlah kepada Allah. Dan Barang siapa yang bersyukur, maka syukurnya adalah untuk dirinya sendiri . “ ( Luqman : 12 )

 

Mensyukuri dan menikmati “ Anugerah “ adalah kata-kata yang sering kita dengar dan kita ucapkan. Kedua kata ini sangat mudah diucapkan atau disampaikan, tetapi faktanya sangat susah dalam proses aplikasinya.

 

Sebagian dari kita , mungkin ada yang merasa rendah diri ( minder ) karena kondisi fisiknya yang dinilai tidak ideal, atau sebagian dari kita merasa kurang gaul karena tidak memiliki apa yang menjadi trend di lingkungannya.

 

Salah satu contoh kasus adalah banyaknya tempat-tempat praktek untuk mempermak diri untuk menuju pada kesempurnaan sesuai dengan yang diinginkannya. Dengan segepok uang, kita dapat  melakukan operasi plastic, suntik silicon, sedot lemak, operasi kantung mata dan lain-lain operasi kecantikan.

 

Ada yang bilang, sejatinya setiap tindakan yang melawan fitrah, termasuk dalam hal ini fitrah penciptaan tidak akan mendapatkan sesuatu selain kegelisahan dan kekeceewaan. Dr. James Gordon gilkey mengatakan, “ Permasalahan ingin menjadi diri sendiri adalah sesuatu yang sudah lama dan sangat umum sekali pada kehidupan manusia, sebagaimana halnya dengan permasalahan ingin tidak menjadi diri sendiri, hal inilah yang menjadi sumber yang menimbulkan permasalahan PSIKOLOGIS .”

 

Angelo Battero ( penulis Buku tentang Pendidikan Anak ) berkata, “  Tidak ada orang yang paling menderita melebihi orang yang tumbuh tidak menjadi dirinya sendiri, tumbuh tidak menjadi jasadnya sendiri, dan tidak menjadi pikirannya sendiri.”

 

Karena itu, Syukuri dan Nikmatilah apa yang ada….

 

Ketika kita bersyukur atas apa yang kita miliki, maka pada dasarnya kita sedang menyayangi diri sendiri. Hal sebaliknya, ketika kita mengkufuri , maka sesungguhnya kita sedang menjerumuskan diri kita pada kebinasaan. Wallahualam.

 

Rasulullah Saw bersabda, “ Apabila seseorang melihat orang cacat lalu berkata ( tanpa didengar orang lain ) , Alhamdulillah yang telah menyelamatkan / menjauhkan aku dari apa yang diujikan Allah kepadanya dan melebihkan aku dengan kelebihan sempurna atas kebanyakan makhluknya, maka dia tidak akan terkena ujian seperti  itu betapapun keadaannya. “ ( Riwayat Abu Dawud ).

 

Dengan senantiasa bersyukur , kekurangan-kekurangan yang ada akan menjadi alat kelebihan bagi kita dalam mendekatkan diri kita kepada Allah. Insyaallah.

 

 

 

Catatan tuk diri sendiri.

Suara-suara yang mengatasnamakan HAM


Tanggal 26 – 28 Maret ini, di Surabaya akan diadakan konggres kaum gay dan sejenisnya, kemungkinan akan batalnya acara ini karena tidak memperoleh ijin mulai dikecam oleh kelompok-kelompok yang mengatasnamakan HAM.

Apa yang dimaksud HAM sebenarnya …?

Kita adalah negeri dengan Dasar Pancasila, dimana sila yang pertama menyebutkan, ” Ketuhanan Yang Maha Esa “. Ini adalah pandangan hidup yang telah disepakati oleh pendiri bangsa ini, pendiri yang masih punya jati diri dan budaya negeri Khatulistiwa.

Lalu , sekarang kita akan dirusak oleh pandangan-pandangan yang mengatasnamakan HAM. Negeri ini adalah negeri berketuhanan, mana ada agama di negeri ini yang memperkenankan adanya sesama jenis hidup bersama dan membolehkan eksistensinya…?

Kita harus tegas, jangan mau diatur oleh segelintir orang sesat yang berlindung dibalik kata-kata HAM.

Negeri ini harus punya jati diri dan berketuhanan, titik. Jangan biarkan ajaran sesat makin bebas saja tumbuh di negeri ini.

Berikut adalah suara-suara yang mengatasnamakan HAM :
( Suara pertama )

Lembaga Informasi dan Kreativitas Sehati (Lintas) yang mewadahi kalangan gay dan lesbian di Kediri meminta konferensi International Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender dan Intersex Association (ILGA) ke-4 tingkat Asia tetap digelar. Sebab menurut Lintas, kegiatan tersebut sudah mendapat izin dari Mabes Polri.
“Kalau ditanya tanggapan jelas kami menyesalkan, karena panitia sebenarnya sudah mendapatkan izin dari Mabes Polri untuk kegiatan ini. Kami juga menganggap terlambat, karena mengapa baru disampaikan setelah di blow up media,” kata Ketua Lintas Kediri, Adit dalam pesan singkatnya ke detiksurabaya.com, Rabu (24/3/2010).
Adit berpendapat pelarangan tidak semestinya terjadi, karena ILGA memiliki agenda penting dalam membahas sejumlah persoalan terkait sikap diskriminasi yang selama ini diberikan kepada komunitas lesbian, gay dan biseks. “Di kongres kami akan membahas banyak isu soal diskriminasi. Kalau Polda menolak apakah ada diskriminasi,” tuturnya.
Menurut dalam kongres itu nantinya tidak hanya membahas soal diskriminasi tapi juga pembahasan sejumlah permasalahan di daerah. “Selain untuk nasional dan internasional, banyak masalah-masalah daerah yang bisa terselesaikan,” tandasnya.
Konferensi kaum gay dan lesbian atau ILGA se-Asia rencananya akan diselenggarakan di Surabaya pada 26-28 Maret disalah satu hotel di Kota Pahlawan. Puluhan pasangan gay dan lesbian serta transgender akan bertemu.

( Suara Kedua )

Dukungan terhadap kongres lesbian, gay dan biseks yang rencananya digelar di Surabaya terus mengalir meski yang menolak banyak. Organisasi yang mengatasnamakan Komite Nasional Perempuan Mahardika yang mendukung kongres itu. Mereka menganggap sikap Polwiltabes Surabaya tindakan yang demokratis.
“Penolakan, pelanggaran dan kecaman terhadap pelaksanaan ILGA di Surabaya adalah bentuk pelanggaran HAM dan merupakan tindakan yang tidak demokratis,” kata Ketua Komite Nasional Perempuan Mahardika, Sharina dalam rilis yang diterima detiksurabaya.com, Rabu (24/3/2010).
Sharina juga mengecam tindakan Polwiltabes Surabaya yang tidak mengeluarkan izin penyelenggaraan dan meminta kepada pemerintah dan aparaturnya bertindak tegas terhadap siapapun yang mencoba membatalkan pertemuan tersebut.
“Kami mengecam tindakan Polwiltabes yang tidak memberikan izin pelaksanaan pertemuan ILGA. Seharusnya pihak kepolisian bertugas menjaga, melindungi dan menjamin agar pelaksanaan pertemuan ILGA terselenggara sampai selesai
serta pemerintah harusnya bertindak tegas kepada siapapun, kelompok manapun yang membatalkan pertemuan tersebut, bukan sebaliknya,” tandasnya.
Tidak hanya itu, pihaknya juga berharap agar semua pihak mengakui hak-hak kaum lesbian, gay, biseks, transgender, dan intraseks.
“Kita juga meminta agar akui hak-hak kaum marginal seperti hak mendapatkan pendidikan, kesehatan, pekerjaan yang layak, berorganisasi dan hidup dalam rasa aman,” pungkasnya.
ILGA rencananya akan digelar pada 26-28 Maret di Surabaya dan diikuti peserta dari berbagai negara di Asia.

Durhaka Dalam Taat


Sebuah tulisan menarik buat kita renungkan atas segala ibadah yang kita lakukan untukNYA…………….

DURHAKA DALAM TAAT

ALLAH SWT berfirman :
Terjemahannya : Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Syurga padahal Allah belum mengenal mereka yang berjihad di antaramu dan belum juga mengenal mereka yang sabar. (Ali Imran : 142)

Berjihad menurut Tafsir adalah :

1. Berperang melawan orang kafir dan munafik untuk menegakkan lslam dan melindungi orang-
orangIslam.
2. Memerangi hawa nafsu dan syaitan.
3. Mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam.
4. Memberantas yang batil dan menegakkan yang hak.

Dalam ayat di atas, Allah SWT menanyakan pada kita umat Islam, sudahkah kita berjihad dan bersabar? Kalau belum kita lakukan maka janganlah kita berfikir bahwa kita akan dapat masuk syurga Allah di Akhirat kelak. Jika sudah, maka kita sebenarnya sedang fisabilillah.

Berperang melawan orang kafir dan munafik adalah mudah. Yang susah adalah berperang melawan hawa nafsu dan syaitan. Kalau kita menang terhadap orang kafir tetapi tidak menang terhadap nafsu, itu belum menjamin kita benar-benar bertakwa.

Rasulullah SAW bersabda : Terjemahannya : Kita baru kembali dari peperangan kecil untuk masuk ke satu peperangan yang lebih besar. Sahabat bertanya, “Peperangan apa itu, ya Rasulullah?” Baginda menjawab, “Peperangan hati yakni melawan hawa nafsu.”

Rasulullah SAW bersabda : Terjemahannya : Ketahuilah sesungguhnya dalam diri anak Adam itu ada segumpal daging. Jika baik daging maka baiklah seluruh jasad. Bila busuk daging itu, maka jahatlah seluruh jasad. Ketahuilah, itulah hati.(Riwayat Bukhari & Muslim)

Marilah kita tanya diri kita sendiri, “Apakah aku telah melakukan jihad yang besar itu? Atau apakah aku telah memerangi hawa nafsuku?”

Untuk menjawabnya, lihatlah ke dalam hati kita apakah selalu ingat kepada Allah atau selalu lalai?

Apakah sudah cinta Allah atau lebih cinta pada dunia? Apakah sudah sabar atas ujian Allah atau masih memberontak terhadap-Nya? Apakah sudah bersih dari mazmumah-mazmumah atau masih juga memiliki sifat hasad dengki, benci-membenci, minta dipuji, gila nama, tamak dan mementingkan diri sendiri?
Kalau hati masih berisi daki-daki dunia yang kotor itu, janganlah bermimpi bahwa amalan-amalan lahir seperti shalat, puasa, zakat, haji, sedekah, berdakwah, menuntut ilmu, menutup aurat, membaca Al Quran, zikrullah dan lain-lain itu dapat menebus kita dari kebencian Allah dan api neraka. Coba kita lihat firman Allah SWT :
Terjemahannya : Hari itu (hari ketika meninggal dunia) harta dan anak tidak berguna lagi kecuali orang yang menghadap Allah membawa hati yang selamat (hati yang bersih dari segala kejahatannya dan sifat mazmumah). (Asy Syuara’: 88-89)

Kalau shalat tidak khusyuk dan tidak ada rasa hamba, itu tanda kita masih durhaka pada Allah. Bukan amalan lahir yang dapat membawa seseorang kepada keredhaan Allah dan syurga-Nya, tetapi yang lebih penting adalah amalan hati.

Sabda Rasulullah SAW : Terjemahannya : Allah tidak memandang rupa dan harta kamu, tetapi Allah memandang hati dan amalan kamu. (Riwayat Muslim)

Kalau hati kita beramal soleh dan lahir kita juga ikut beramal soleh (sebab amalan lahir mengikuti amalan batin, seperti rakyat mengikuti raja) itulah kesempurnaan amalan manusia yang dijamin dengan Syurga.

Untuk meyakinkan saudara, saya tunjukkan firman Allah yang menunjukkan amalan batin adalah wajib :

1. Perintah khusyuk dalam shalat, yaitu mengingati Allah :
Terjemahannya : Apakah belum masanya bagi orang-orang yang beriman untuk khusyuk mengingati Allah. (Al Hadid : 16)

2. Perintah supaya senantiasa merasa diawasi oleh Allah :
Terjemahannya : Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca satu ayat dari Al Quran dan tidak mengerjakan suatu pekerjaan melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Allah biar pun sebesar zarah (atom) di bumi maupun di langit. Tidak ada yang kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuz). (Yunus: 61)

3. Perintah supaya takut kepada Allah :
Terjemahannya : Janganlah kamu menyembah dua Tuhan. Sesungguhnya Dialah Tuhan yang Maha Esa, maka hendaklah kamu takut kepada-Ku saja. (An Nahl : 51)

4. Perintah supaya tawakal kepada Allah :
Terjemahannya : Hanya kepada Allah sajalah orang-orang beriman harus bertawakal. (At Taubah : 51)

5. Perintah supaya syukur kepada Allah :Terjemahannya : Bersyukurlah kamu kepada Allah sekiranya kamu benar-benar menyembah-Nya. (Al Baqarah : 172)

Kalau kita betul-betul menghambakan diri pada Allah, kita mesti memiliki rasa syukur pada Allah. Seperti halnya kita mendapat hadiah dari raja, maka kita akan merasa berhutang budi dan berterimakasih padanya, serta bersyukur atas hadiah pemberiannya.

Janganlah kita terlena memikirkan hadiah itu saja sehingga lupa pada yang memberi hadiah.
Terjemahannya : Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu maka dari Allahlah datangnya dan bila kamu ditimpa kemudaratan maka hanya pada-Nyalah kamu minta tolong. (An Nahl : 53)

6. Perintah supaya sabar
Terjemahannya : Sabarlah kamu tetapi tidak mungkin kamu bersabar kecuali dengan pertolongan Allah. (An Nahl : 127)

Di antara amalan lahir dan amalan batin, Allah lebih mengutamakan amalan batin, sebab itu hendaklah diamalkan benar-benar karena dan untuk Allah, bukan untuk manusia. Sebab manusia tidak akan melihat. Kalau hati sudah baik, maka lahirnya akan baik. Kalau lahir saja yang baik, hati belum tentu baik.
Kalau ada orang yang menanggapi dengan perkataan, ”Kalau begitu, kita perbaiki hati saja, lahir tidak usah!” itu adalah anggapan yang tidak benar. Sebab hati yang baik adalah hati yang taat pada perintah-perintah Allah lahir dan batin. Kalau amalan lahir tidak dikerjakan artinya hati belum baik.

Banyak terjadi dalam masyarakat umat Islam hari ini mereka yang mengamalkan hukum Islam hanya syariat lahir saja seperti shalat, puasa, zakat, haji, zikrullah, sedekah, tutup aurat dan bersilaturrahim. Namun amalan hati (batin) tidak dipedulikan. Itulah yang dimaksudkan sebagai durhaka dalam taat.

Ada dua jenis orang yang durhaka dalam taat :

1. Orang yang mengamalkan syariat lahir saja seperti shalat wajib dan sunat, puasa, haji, zakat, baca Al Quran, zikir dan wirid, serta mengamalkan sedikit amalan batin, tetapi keduanya tidak sempurna (tidak seperti yang dikehendaki Allah). Maksudnya tidak semua perintah Allah dikerjakannya.
Contohnya adalah orang-orang yang melakukan semua perintah fardhu ditambah dengan fadhailul ‘amal (shalat sunat witir, shalat dhuha, shalat tahajjud, puasa sunat, membaca Al Quran, tahlil dan lain-lain) tetapi masih ikut dalam sistem riba, membuka aurat, melakukan pergaulan bebas, mengumpat, memfitnah, mencerca, sombong, kikir dan cinta dunia.

Golongan seperti itu adalah golongan durhaka dan tidak selamat dari api neraka.

Imam Al Ghazali berkata :
“Tidak mengapa kalau tidak bisa tahajjud malam (karena sunat),tetapi janganlah membuat dosa (haram) di siang hari, karena tidak ada gunanya bakti pada Allah di malam hari (tahajjud) tetapi durhaka (berbuat dosa–haram) di siangnya.”

Orang seperti itu sama halnya dengan seorang yang menanam padi di tengah ilalang. Hasilnya padi akan dirusak oleh ilalang dan tidak memperoleh hasil apa pun. Atau seperti seorang yang memelihara kesehatan badannya dengan memakan obat-obatan yang perlu, tetapi ia juga memakan racun.

Akibatnya orang tersebut tidak akan sehat seperti yang diharapkan.
Tersebut sebuah Hadis :Terjemahannya : Tahukah kamu apa itu muflis? Mereka menjawab, “Muflis pada kami adalah mereka yang tidak mempunyai dirham dan harta benda sedikit pun.” Sabda Rasulullah, “Sesungguhnya orang yang muflis di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari Qiamat dengan shalat, puasa dan zakat tetapi dia juga pernah mencaci, menuduh orang berbuat jahat, dan mengambil hak orang. Dia juga pernah menumpahkan darah (membunuh orang) atau sekurang-kurangnya memukul. Oleh karena itu pahala ibadahnya akan diberi kepada orang yang dianiaya itu satu persatu. Dan kalau pahalanya tidak cukup, dosa-dosa orang itu diberikan juga kepadanya (jadilah ia muflis) dan akan dijerumuskan ke dalam Neraka.” (Riwayat Muslim)

2. Orang yang taat dalam mengerjakan amalan-amalan lahir tetapi lalai terhadap amalan batin. Lahirnya terlihat sempurna tetapi hatinya penuh dengan hasad dengki, jahat sangka, sombong, kikir, riya’, penuh angan-angan, minta dipuji, cinta dunia, serakah, mementingkan diri sendiri, di samping tidak ada rasa hina diri, mengharap dan malu dengan Allah. Dia suka menghina orang yang tidak beribadah, sedangkan dia merasa tenang dan senang dengan ibadahnya serta merasa yakin akan selamat di Akhirat.
Orang seperti itu sebenarnya adalah orang yang durhaka dalam taatnya kepada Allah. Hakikatnya dia adalah orang yang durhaka dan amalannya ditolak. Dia bukan orang yang dekat dengan Allah tetapi orang yang jauh dari Allah. Hatinya terputus dengan Allah.

Para ulama telah sepakat :

1. Biarlah sedikit amal (yang fardhu saja) bersama hati yang merasa takut pada Allah (takwa) daripada banyak amalan lahir tetapi tidak ada rasa takwa (rasa hamba).

2. Walau sebanyak dan sehebat apa pun ibadah seseorang selagi hatinya tidak zuhud dengan dunia, selama itu pula ibadahnya tidak bernilai.

Orang yang mengerjakan amalan lahir tanpa amalan batin perbandingannya seperti seorang pekerja di istana raja yang rajin dan taat melakukan kerja-kerja yang ditugaskan padanya di istana itu. Kerjanya rajin dan lebih banyak daripada pekerja-pekerja lainnya. Maka timbullah rasa bangga dan sombongnya. Malangnya di antara kawan-kawan dia bersikap angkuh. Bahkan di depan raja pun bersikap tidak sopan, tidak hormat dan tidak beradab. Dia merasa dirinya hebat dan besar. Dia beranggapan raja tidak murka kepadanya sebab semua pekerjaannya selesai

Ternyata apa pandangan raja? Sekalipun dia tahu hambanya itu bekerja dengan rajin tetapi karena sikapnya yang tidak beradab itu, raja tidak akan sayang untuk membuangnya dari istana, karena dia seolah-olah hendak menjadi raja (ataupun merasa setaraf dengan raja).
Begitu juga jika seorang manusia yang melakukan perintah-perintah Allah tetapi hatinya tidak beradab dengan Allah sebagaimana yang Allah kehendaki, niscaya Allah tetap murka dan akan melemparkannya ke dalam Neraka.
Firman Allah :
Terjemahannya : Adapun orang yang enggan dan menyombongkan diri maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksa yang pedih. (An Nisa’ : 173)

Dan firman Allah dalam Hadist Qudsi bermaksud :
“Hai Isa, apabila Aku lihat di dalam hati hamba-Ku terdapat cinta yang suci pada-Ku tidak bercampur oleh sesuatu tamak, keinginan-keinginan yang berkenaan dengan Akhirat dan dunia maka ia akan Kuperlakukan sebagai penjaga cintanya itu.”

Orang yang benar-benar taat adalah orang yang hatinya cinta kepada Allah. Cinta sucinya akan membuatnya beramal semata-mata untuk Allah. Niatnya tidak bercampur dengan niat mencari keuntungan di dunia atau akhirat. Ketaatan kepada Allah yang seperti itu adalah taat yang suci. Dia tidak akan ujub dalam taatnya, tidak riya’ dalam taatnya, tidak buruk sangka dalam taatnya, tidak sombong dalam taatnya, tidak penuh angan-angan dalam taatnya, tidak merasa tuan dalam taatnya dan lain-lain.

Itulah orang yang hatinya dekat kepada Allah. Dia taat dalam taatnya. Jasad lahirnya dan jasad batinnya sama-sama tunduk menyembah Allah dengan taat, rasa hina diri, malu, rasa bersalah, rasa berdosa dengan Allah, tidak menghina hamba-hamba yang lain, tidak sombong dan tidak hasad.
Ibadah-ibadahnya yang lahir (membuat yang fardhu dan sunat, meninggalkan yang haram, syubhat dan makruh) dan ibadah batin betul-betul dilakukan sebagai satu persembahan yang sebenarnya dari seorang hamba kepada Tuhannya. Dia tidak mengharap balasan apa pun di dunia dan di akhirat. Itulah hamba Allah yang akan menjadi kecintaan Allah di Akhirat nanti.

Firman Allah dalam surah Al Waqiah :
Terjemahannya : Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon-pohon bidara yang tidak berduri. Dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya). Dan naungan yang terbentang luas. Dan air yang senantiasa mengalir. Dan buah-buahan yang lebat. Yang tidak bermusim (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya. Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.
Sesungguhnya Kami menciptakan untuk mereka (bidadari-bidadari) ciptaan yang unik (tidak beranak). Dan Kami jadikan mereka muda-muda belaka. Saling mencintai dan sebaya umurnya. Untuk golongan kanan (terdapat dua kumpulan). (yaitu) kumpulan besar dari orang-orang yang terdahulu. Dan kumpulan besar dari orang-orang yang kemudian. (Al Waaqiah: 27- 40)

Ada pula segolongan manusia yang taat dalam durhaka. Mereka adalah orang yang tidak beramal dengan syariat lahir karena tidak kuat melawan hawa nafsu dan syaitan.

Mereka hanya dapat membuat ibadah yang fardhu dan meninggalkan yang haram tetapi ibadah sunat fadhoilul ‘amal sangat kurang. Tetapi karena kekurangan itu mereka selalu merasakan kekurangan diri, hina diri dan rasa bersalah (berdosa).

Mereka mengharap amal yang sedikit itu diterima Allah dengan rasa malu dan takut dengan Allah. Mereka selalu menyesali diri yang tidak kuat melawan hawa nafsu dengan rasa berdosa. Perasaan tidak sempurna dalam melaksanakan khidmat pada Allah dan manusia selalu ada di hati mereka. Sebab itu mereka selalu beristighfar dan mohon dikasihani oleh Allah. Golongan seperti itu sebenarnya golongan yang taat. Mereka taat dalam durhaka. Mereka akan selamat di dunia dan di akhirat.

Mereka itu adalah seperti seorang pekerja istana raja yang tidak begitu rajin. Kerjanya sekedar cukup, tidak lebih, kadang-kadang melakukan kesalahan atau lalai. Seharusnya bekerja dua jam, ia hanya bekerja satu jam. Karena itu dia rasa bersalah, rasa kurang, tidak besar diri, tidak berfikir tentang kesalahan orang, takut sesama kawan apalagi kepada raja.
Dia bimbang bila kekurangannya akan mendatangkan kemurkaan raja. Sebab itu bukan saja dia sangat sopan dengan raja bahkan dia tidak berani berbuat tanpa izin di dalam istana. Ia menjaga gerak-geriknya karena merasa bimbang dan selalu mengharapkan kemaafan dan keampunan dari raja.
Raja menyadari keadaan itu, sebab itu raja memaafkan kekurangan hambanya dan akan tetap menerimanya sebagai hamba di dalam istana.

Begitulah hamba Allah yang selalu sadar dan insaf akan kelemahannya, senantiasa taubat, takut, malu dan rasa hina diri pada Allah serta berakhlak sesama manusia. Dia akan mendapat pengampunan dan syurga Allah di Akhirat nanti.

Firman Allah :
Terjemahannya: Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal soleh maka mereka akan masuk syurga dan tidak dianiaya sedikit pun. (Maryam : 60)

Hidup kita adalah untuk menghambakan diri kepada Allah. Itulah jalan keselamatan seorang manusia. Dua puluh empat jam kita mesti beribadah pada Allah, lahir dan batin.

Firman Allah: Terjemahannya : Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku. (Adz-Dzaariyat : 56)

Mungkin dalam ibadah lahir ada waktu istirahatnya tetapi dalam ibadah batin yang dilakukan oleh hati kita, mesti dilakukan terus-menerus. Kita mesti selalu memelihara rasa kehambaan pada Allah, rasa hina, rasa malu, rendah diri, takut, bimbang, ingin berkhidmat, rasa berdosa, rasa lemah dan rasa diri penuh kekurangan. Perasaan-perasaan (zauk) itu hendaklah kita pelihara dalam hati sepanjang masa.
Bagi kita sebagai orang awam, mungkin rasa itu belum ada di hati, karena itu hendaklah kita terus mengusahakannya dengan memikirkan kebesaran, kehebatan dan keagungan Allah. Perhatikan dan fikirkan tanda-tanda kebesaran Allah pada alam. Dari situ akan datang perasaan kehambaan pada diri kita.

Pada tahap awal perlu dipaksakan supaya perasaan itu ada. Namun bagi orang yang telah bersih hatinya mereka tidak susah memikirkannya lagi. Perasaan itu sudah ada dan senantiasa ada dalam hati mereka. Bukan saja waktu shalat, waktu membaca Al Quran, berpuasa, berzikir dan lain-lainnya, bahkan di luar waktu ibadah, hati mereka tetap kepada Allah SWT.

Singkatnya perasaan kehambaan itu telah benar-benar dihayati oleh lahir dan batin mereka sepanjang masa. Seperti seorang pekerja istana yang hatinya senantiasa berisi perasaan kehambaan baik ketika bekerja atau ketika beristirahat, waktu makan, minum atau waktu tidur. Tidak seperti pekerja yang waktu kerja dia merasa dia kuli, tetapi waktu istirahat dia merasa tuan dan berlagak seperti tuan.

Orang yang kenal Allah akan benar-benar merasa bahwa dia adalah hamba Allah. Hatinya tidak merasa lebih baik, lebih pandai, hebat, besar, kuat, dan segala-galanya. Sebab kalaupun dia pandai, maka dia tetap hamba. Dia rasa dia adalah hamba, ingin berkhidmat sebagai hamba. Hidupnya seperti hamba dan bergaya seperti hamba. Hamba Allah yang bekerja untuk Allah, mengabdikan diri kepada Allah, berjuang membela agama Allah, berkorban untuk Allah dan berperang karena Allah bahkan rela mati karena Allah.
Siapa pun musuh Allah adalah musuhnya, akan ditentang habis-habisan. Dan orang-orang Allah adalah orang-orangnya maka ia perlakukan dengan penuh mesra dan kasih sayang.
Itulah jiwa yang merdeka, bebas dari ikatan dunia. Jiwa yang tidak akan diperbudak oleh dunia karena jiwanya diserahkan sepenuhnya pada Allah.

Banyak terjadi di kalangan kita, mereka yang merasa hamba Allah hanya ketika beribadah, shalat, puasa, mengerjakan haji, atau waktu membaca Al Quran, wirid dan zikir saja. Di luar waktu itu, waktu makan, waktu tidur, waktu mencuci, waktu menyapu halaman dan lain-lain, tidak merasa diri sebagai hamba.
Kita merasa urusan tersebut adalah urusan kita sehingga kejayaan yang dicapai adalah untuk dan karena kita. Cara melaksanakan urusan tersebut. sesuai dengan selera kita, pendapat kita dan cara kita. Kita tidak merasa bahwa kita berkhidmat untuk dan karena Allah lagi. Kita tidak terasa hubungan dengan Allah. Kita tidak merasa malu dan hina diri dengan Allah. Mungkin jika ditanya orang kita akan menjawab bahwa kita bekerja untuk Allah. Tetapi itu hanya ada di akal saja, hakikatnya hati kita tidak merasa begitu.

Perasaan (zauk) kita tidak merasakan begitu. Hati masih merasa tuan, merasa kepunyaan kita, kuasa kita, kejayaan kita, kelebihan kita dan karena kita. Sebab itu kita akan mengikuti selera kita dalam bertindak sehingga tidak menghiraukan peraturan hidup dari Tuhan.
Orang seperti itu sebenarnya bukan menghambakan diri pada Allah, dan tidak bertuhankan Allah. Dia bertuhankan dan menghambakan diri untuk nafsu.

Firman Allah : Terjemahannya : Tidakkah kamu melihat orang yang mengambil hawa nafsu sebagai Tuhan. (Al Jasiyah : 23)

Mereka menganggap diri mereka bijaksana dan merdeka, tetapi sebenarnya merekalah orang yang lemah, bodoh dan terkurung dalam kesempitan nafsu mereka sendiri.
Karena menurutkan hawa nafsu manusia menjadi orang-orang yang durhaka pada Allah dalam ketaatannya. Mereka menunaikan hanya sebagian dari perintah Allah (durhaka dalam taat). Mereka mengikuti kehendak dan bisikan nafsu tanpa menyadari bahwa mengikuti hawa nafsu itu berarti durhaka pada Allah.

Sebagian besar manusia beranggapan bahwa mengikuti kehendak nafsu adalah suatu yang baik dan selayaknya. Terutama dalam amalan batin. Karena hal itu sulit, tidak terlihat oleh mata manusia, maka tidak ada siapa pun yang dapat menegur.

Ia melakukan shalat, puasa, berjuang, bicara tentang kebenaran, berkorban untuk Islam, sehingga orang menganggapnya baik. Hatinya sombong, tidak ada siapa pun yang tahu, hatinya jahat sangka tidak ada yang tahu, hatinya iri tidak ada yang tahu, hatinya tidak rasa berdosa siapa yang tahu, hatinya merasa bersih siapa yang tahu, hatinya pemarah siapa yang tahu, hatinya gila dunia siapa yang tahu, hatinya tidak takut Allah siapa yang tahu dan banyak lagi amalan hatinya tidak ada siapa pun yang tahu. Maka ia menjadi manusia yang tertipu. Biasanya orang itu mati dalam dosa atau maksiat yang tidak disadari, balasannya adalah neraka.

Marilah kita obati hati kita dengan mujahadah terhadap nafsu (mujahadatunnafsi), satu perjuangan yang besar dan terus menerus tiada ujungnya.

Astaghfirullah

Jakarta,20 Maret 2010

Masgartha Kuartanegara

Pelecehan Seksual oleh Pastur


Yang namanya Nafsu bisa menimpa siapa saja yang namanya Manusia, Bahkan seorang Pastur – pun bisa mengalaminya. Walaupun sudah berjanji hanya mengabdi pada sang pencipta, tetap saja yang namanya nafsu berkeliaran di alam dunianya.

Kota Vatikan (ANTARA/Reuters) – Pemimpin Tahta Suci Vatikan, Paus Benediktus, pada Sabtu menyampaikan permintaan maaf kepada para korban pelecehan seksual anak oleh pendeta di Irlandia.

Paus juga mengumumkan penyelidikan formal Vatikan terhadap Keuskupan Roma Katolik Irlandia dan seminari yang dihantam skandal pelecehan seksual terhadap anak-anak tersebut.

Dalam beberapa pekan belakangan ini, Vatikan berusaha menahan diri menyangkut meluasnya skandal pelecehan terhadap anak oleh para pendeta di beberapa negara Eropa mencakup Irlandia, Jerman, Austria dan Belanda.

“Kalian telah menderita secara memalukan dan saya benar-benar meminta maaf. Saya secara terbuka menyatakan sangat merasa malu dan penyesalan yang dalam yang kita semua merasakannya,” kata Paus Benediktus dalam sepucuk surat terbuka kepada rakyat Irlandia mengenai kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak oleh uskup di Irlandia.

Surat itu, yang ditujukan kepada rakyat, para uskup, pendeta, dan para korban pelecehan di negara yang berpenduduk mayoritas Katolik, tersebut tidak menyinggung tentang pelecehan serupa negara-negara lain, terutama negara asal Paus Benediktus, Jerman.

Pada Rabu lalu, dalam pidatonya di hadapan para peziarah dan wisatawan di Bundaran St. Peter di Vatikan, Paus Benediktus mengatakan ia berharap suratnya itu akan “membantu pertobatan, penyembuhan dan pembersihan diri.”

“Sebagaimana Anda tahu, dalam beberapa bulan ini gereja di Irlandia sangat terguncang akibat krisis pelecehan seksual terhadap anak-anak. Sebagai tanda keprihatinan saya yang dalam, saya telah menulis sepucuk surat pastoral yang bakal dapat memulihkan situasi yang menyakitkan ini,” katanya.

“Saya minta Anda semua untuk membaca surat itu dengan hati yang lapang dan dengan semanagt keyakinan. Harapan saya adalah bahwa hal itu akan membantu proses pertobatan, penyembuhan dan pembersihan diri,” ujar Paus Benediktus.

Surat kepada rakyat rakyat Irlandia, yang merupakan pertama kali dalam sejarah kepausan itu menitikberatkan pada kasus paedofilia, menyusul laporan-laporan yang menyudutkan pemerintah Irlandia menyangkut pelecehan terhadap anak oleh pendeta di Keuskupan Dublin.

Laporan Murphy, yang dipublikasikan pada November mengungkapkan bahwa gereja di Irlandia “secara jelas” mendiamkan kasus pelecehan anak di Keuskupan Dublin dari tahun 1975 hingga 2004, dan menerapkan kebijakan “jangan bertanya, jangan mengatakan.”

Meskipun surat Paus Benediktus ditujukan kepada rakyat Irlandia, namun berdampak pula bagi skandal paedofilia di sejumlah negara Eropa termasuk Jerman.

Beda Nenek dan Pejabat


Dahulu disebuah perkampungan tinggal seorang nenek yang sudah sangat tua.Namun kondisi tubuhnya masih sangat sehat. Walaupun usianya sudah lanjutdirinya masih bisa mencari nafkah sendiri. Walaupun hidup sendiri, dirinyatidak pernah terlihat sedih. Setiap waktu bibirnya selalu mengembangkansenyum dan raut mukanya ceria.

Nenek ini tidak menjadi beban para tetangga, sebaliknya para tetangga
menjadikan beliau sebagai tempat mencari jalan keluar untuk berbagai
masalah, karena Sang nenek memang terkenal suka membantu terhadap sesama,beliau akan memberikan bantuan sebanyak yang ia bisa. Kalau memang harusmemberikan bantuan berupa materi, ketika ia punya dirinya tak segan-seganmemberikan kepada yang lebih membutuhkan. Tidak hanya orang yang tidak mampusaja yang sering minta bantuan kepada Sang nenek, banyak juga orang kayabahkan pejabat setempat mendatanginya untuk sekedar meminta nasehat.

Masyarakat setempat sangat mengagumi dan menghormati Sang nenek mulai darianak-anak sampai dengan orang tua.

Suatu hari dirinya pun didatangi seorang pejabat desa setempat, pejabat initerkenal sangat dermawan. Namun pejabat ini tetap merasakan pamornya kalahdengan Sang nenek. Ia merasakan apa yang dilakukan jauh melebihi sang nenek.Ia selalu membantu rakyatnya yang kesusahan dan ia merasakan apa yangdidapat tidak setimpal. Hatinya sangat gelisah dan pejabat ingin mencaritahu apa yang diperbuat nenek sehingga Sang nenek mendapatkan simpati yangmelebihi dirinya.

”Nenek aku ingin tahu rahasia nenek sehingga nenek begitu dihormati disini ?” Tanya pejabat.

”Nenek tidak melakukan apa-apa” Jawab nenek dengan gaya khasnya yang selalu tersenyum tulus kepada siapa saja.

”Aku benar-benar ingin tahu nenek, Aku merasakan aku sudah berusaha yang terbaik untuk rakyatku tetapi mengapa aku masih tetap saja gelisah. Bukankah kata orang-orang bahwa yang selalu berbuat baik hidupnya akan tenang”

”Itu betul tuan pejabat” Nenek menjawab singkat.

”Kalau berbicara kebaikan aku yakin aku jauh lebih banyak berbuat baik dibandingkan nenek. Tapi bagiku bisa membantu orang merupakan satu karunia terbesar yang harus aku syukuri”

”Itu juga betul tuan pejabat”

”Aku bisa merasakan dan sangat yakin hidup nenek jauh lebih tentram dan bahagia dari aku” Tuan pejabat makin gelisah.

”Lagi-lagi tuan pejabat betul” Sang nenek memberikan jawaban yang sama dan pembawaannya juga tetap tenang.

”Mengapa bisa demikian?” Airmuka pejabat mulai berubah. Wibawa Sang pejabat hampir tidak terlihat dan berganti sosok yang memelas yang lagi membutuhkan pertolongan.

”Apakah tuan pejabat benar-benar ingin tahu penyebab kegalauan tuan?” Sang nenek pun melontarkan pertanyaan.
”Iya nek” Balas tuan pejabat.Sesungguhnya nenekpun belum tahu apa penyebabnya, yang bisa nenek lakukan adalah mencari akar permasalahan yang menyebabkan tuan gelisah” Kali ini nenek berbicara dengan nada yang sangat berwibawa. Dan kewibawaannya semakin membuat si pejabat ciut.

”Baiklah, nenek ingin tanya hari ini tuan sudah berbuat kebaikan apa saja dan kejahatan atau kesalahan orang lain apa yang diterima tuan ?” Nenek menatap dalam-dalam sedangkan tuan pejabat tidak berani membalas tatapan Sang nenek. Ia tertunduk sedih.
”Hari ini aku telah membantu sebuah keluarga yang kelaparan. Aku terharu melihat mereka menitik air mata saat menerima bantuan dariku, tapi yang membuatku kesal saat aku menuju kesini ditengah jalan aku bertemu seorang yang terpeleset dijalan, aku menolongnya, dia bukannya berterimakasih malahmemaki-maki aku dengan kata yang kasar katanya aku jadi pejabat tidak becus.

Masa, jalan lagi rusak tidak diperbaiki. Padahal kondisi jalan sama sekali tidak rusak. Aku benar-benar tidak bisa diterima, air susu dibalas dengan air tuba” Jelas pejabat panjang lebar.

”Lupakan itu semua maka hidup tuan akan tenang”

”Maksud nenek?” Tuan pejabat makin bingung.

”Lupakan kebaikan kita kepada orang lain dan juga lupakan kesalahan orang lain terhadap kita”

Akhirnya tuan pejabatpun paham apa yang membuat dirinya tidak tenang dan mengapa hidup Sang nenek begitu dihormati. Tuan pejabat pun berpamitan pulang dan ia telah menemukan kunci hidup tentram. Setelah itu, wajah tuan pejabat pun selalu terlihat ceria dan mengembangkan senyum. Dirinya pun tidak mengingat kebaikannya dan kesalahan orang lain.
——————————————————————————————-

Suatu ketika seorang pria bertanya kepada Rasulullah SAW tentang akhlak yang baik, maka Rasulullah SAW membacakan firman Allah, “Jadilah engkau pemaaf dan perintahkan orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS al-A’raaf [7] : 199). Kemudian beliau bersabda lagi, “Itu berarti engkau harus menjalin hubungan dengan orang yang memusuhimu, memberi kepada orang yang kikir kepadamu dan memaafkan orang yang menganiayamu.” (Hr. Ibnu Abud-Dunya)

Allah berfirman dalam Hadits Qudsi yang artinya : ” Nabi Musa a.s telah bertanya kepada Allah : ” Ya Rabbi ! siapakah diantara hamba-MU yang lebih mulia menurut pandangan-Mu ?” Allah berfirman :” Ialah orang yang apabila berkuasa (menguasai musuhnya), dapat segera memaafkan.” (Kharaithi dari Abu
Hurairah r.a)

Dalam Perang Uhud Rasulullah mendapat luka pada muka dan juga patah beberapa buah giginya. berkatalah salah seorang sahabatnya :” Cobalah tuan doakan agar mereka celaka.” Rasulullah menjawab :”Aku sekali kali tidak diutus untuk melaknat seseorang, tetapi aku diutus untuk mengajak kepada kebaikan dan Penebar Kasih Sayang. Lalu beliau menengadahkan tangannya kepada Allah
Yang Maha Mulia dan berdoa ” Ya Allah ampunikah kaumku , karena mereka tidak mengetahui .”

” Dan hendaklah mereka suka memaafkan dan mengampuni. apakah kalian tidak suka Allah mengampuni kalian ? ” (QS. An-Nuur ; 22)
( Sumber : Rumah Yatim Indonesia )

Suami Sandra Bullock ” Letoy “


Jesse James ternyata maniac sex, selingkuhan suami Sandra Bullock ini ternyata nggak mampu melayaninya. Hehehe, kena batunya tuh si lelaki hidung belang. Lebay soal nafsu ternyata nggak mampu juga memenuhi keinginan Jesse. Di atas langit ternyata memang masih ada langit. Rasain tuh….

Los Angeles Model Michelle McGee membongkar kisah seksnya bersama suami Sandra Bullock, Jesse James. Menurut mantan suami Michelle, perempuan yang tubuhnya penuh tato itu memang doyan ngeseks.

Di mata Ronald Shane Modica, Michelle adalah perempuan yang penuh hasrat dan suka bersenang-senang. Melakukan hubungan seks semaunya dan berpesta adalah hobi Michelle.

Ia pun langsung mengajukan tuntutan hak asuh setelah mendengar gosip yang beredar. Ia ingin menjaga putra semata wayangnya yang masih berusia 5 tahun, Avery.

“Saya perlu melindungi anak saya,” ujar Ronald dalam dokumennya, dilansir US Weekly, Sabtu (20/3/2010).

Sebelumnya Michelle mengaku melakukan hubungan seks tiga kali dengan Jesse di hari pertama keduanya berkenalan. Kemudian hubungan mereka berlanjut via SMS. Selama lima minggu pasca kejadian tersebut, Michelle rutin jadi teman tidur Jesse. Setidaknya tiga hari dalam seminggu, Michelle menemani Jesse di ranjang.

Sementara itu Jesse terus-menerus memohon Sandra Bullock kembali. Jesse tak pernah serius menjalin hubungan dengan Michelle. Sayangnya kisah seks di antara keduanya terlanjur tersebar luas di media.(yla/yla)

Rokok Itu Makruh Atau Haram ….?


Pandangan Menteri Agama tentang Rokok :

Jakarta – Muhammadiyah mengeluarkan fatwa haram merokok. Hal tersebut dinilai sah-sah saja. Tapi pandangan berbeda disampaikan Menag Suryadharma Ali. Bagi dia rokok tetap makruh.

“Yang saya tahu adalah merokok itu makhruh. Yang saya tahu ya,” tegas Surya.

Pernyataan itu disampaikan Suryadharma kepada wartawan disela-sela acara Haflah Maulud Nabi Besar Muhammad SAW dan Walimatut Tasyakur Lil Ikhtitam, di Pondok Pesantren Darrussalam Desa Watucongol, Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah pimpinan KH Ahmad Abdul Hak, Minggu (14/3/10).

Surya menjelaskan, makruh bisa berubah hukumnya pada keadaan tertentu. Misalnya mereka mempunyai penyakit jantung, punya penyakit lain yang apabila merokok bisa memperparah dan merugikan kesehatan.

Hingga sampai saat ini, Suryadarma mengaku belum mempelajari sejauh mana penetapan rokok haram yang sudah menjadi wacana dan akan dijadikan salah satu keputusan pada Muktamar Muhammadiyah di Jogjakarta pada bulan Juli mendatang itu.

“Saya belum baca secara keseluruhan. Dan perlu anda ketahui masalah fatwa diluar kewenangan menteri agama,” tegasnya.

Surya menambahkan, di luar setiap organiasasi kemasyarakatan Islam seperti Muhammadiyah, NU, dan ormas Islam lainnya mempunyai lembaga fatwa sendiri.

“Muhammadiyah punya, NU punya dan ormas islam lain juga punya. Itu semua kan untuk kepentingan umat dan jamaah mereka masing-masing,’ imbuhnya.

Ditanya soal sikap Kementrian agama terhadap langkah Muhammadiyah menetapkan merokok haram, Menag tidak secara tegas bersikap.

“Mendukung? Sekali lagi saya belum tahu apa definisi haram menurut Muhammadiyah. yang saya tahu merokok itu makruh itu mungkin saja bisa berubah hukumnya haram pada keadaan-keadaan tertentu,” tutup politisi PPP ini. (ndr/anw)

Pandangan Muhammadiyah tentang Rokok :

Jakarta – Pengurus Pusat Muhammadiyah tidak hanya mengharamkan rokok, kegiatan sosial yang di danai perusahaan rokok juga haram. Lalu apa alasan yang melandasi PP Muhammadiyah memiliki pemikiran yang demikian? Berikut petikan wawancara dengan Ketua PP Muhammadiyah, Sudibyo Markus.

Bantuan dari perusahaan rokok itu haram atau tidak?

Seyogyanya itu memang tidak diterima.

Kalau itu diberikan ke pantai sosial gimana pak?

Ya itu termasuk haram juga, karena dana itu di dapat dari perusahaan yang memproduksi rokok, ibaratanya kalau kita makan sesuatu yang halal, maka akan mengalir sesuatu yang halal begitu juga sebaliknya.

Jadi kalau dia buat panti sosial atau yayasan dari keutungannya itu haram juga?

Ya, iya itu kan hasil dari penderitaan perokok.

Otomatis pak?

Otomatis, karena dengan adanya industri rokok anak-anak jadi menjadi perokok, orang miskin yang duitnya pas-pasan juga dipakai buat beli rokok, dan itu berdampak pada sesuatu yang tidak produktif. Dan kita akan terus lakukan itu (kampanye anti rokok), fatwa ini harus kita lihat secara totalitas tidak bisa ada yang mengatakan ibu hamil tidak boleh merokok tapi setelah melahirkan boleh merokok itu tidak bisa. Saya juga sejak tahu Grand Indonesia itu punya Sampoerna saya nggak mau lagi makan dan minum disitu.

Apa itu haram pak?

Iya itu haram, tidur di situ juga haram.

Kenapa pak?

Seperti yang tadi saya sebutkan, ibarat makanan ya kalau kita makan yang halal maka yang mengalir juga pasti yang halal, kalau haram yang mengalir juga haram semua. Dalam situasi yang seperti ini ibarat Pak Susno, cicak dan buaya kita ini juga seperti itu, kita cicak-nya dan mereka pengusaha buaya-nya mereka yang ciptakan dan keuntunganya ya untuk mereka juga. Tapi saya akan terus berjanji untuk memerangi bahaya rokok, kita punya landasan syariah, dan punya landasan hukum positif insya Allah kita akan terus berjuang. Kita juga tidak terima jika ada iklan dan sponsor pada saat muktamar nanti, karena itu berbahaya dan berat kita juga tidak akan menerima bantuan dari pemerintah. Kita menggabungkan bantuan-bantuan dari RS Muhammadiyah seluruh Indonesia.

Lalu bagaimana dengan pandangan anda…..?

Hari Ini Harus Lebih Baik !!!


Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, Hari esok harus lebih baik dari hari ini, itulah yang biasanya kita sampaikan pada bawahan kita atau pada rekan-rekan sejawat bahkan juga pada anak-anak atau anggota keluarga kita.

Makna kalimat ini adalah bagaimana mengevaluasi seluruh hasil usaha atau jerih payah kita untuk menuju hal yang lebih baik dalam hal kualitas maupun kuantitas semua aktifitas kita.

Dengan melakukan evaluasi maka kita akan tahu apa yang menyebabkan target kita tidak tercapai dan bagaimana melakukan upaya tindak-lanjutnya agar target tersebut bisa dicapai.

Berikut adalah tulisan tentang evaluasi diri untuk menuju kesempurnaan ibadah kita, semoga bisa jadi manfaat adanya.

Salam,

————————————————————————————————————————-
Manfaat Muhasabah

By: agussyafii

Kondisi perkembangan dewasa ini di Indonesia suhu politik yang kian memanas, ekonomi senantiasa pasang surut, fenomena alam seperti gempa, banjir, tanah longsor seolah kita tidak mampu menolaknya, belum lagi karena memang ada ‘human error’ dalam pengelolaan. Semua kejadian dalam keseharian sangat berpengaruh pada kemampuan kejiwaan yang terdiri, kognisi, afeksi dan konasi.

pada sisi kognisi kita dituntut mencari penyelesaian atau problem solving, pada sisi afeksi bagaimana kita mengelola emosi dan pada konasi dituntut bertindak yang nyata. Untuk itu perlu dicoba menggunakan pendekatan ‘self help’ untuk mengoptimalkan kemampuan jiwa kita. Maka disinilah menjadi penting peranan muhasabah.

Muhasabah menurut Ibnu al-Qayyim berarti berhenti sejenak, disaat kita memiliki lintasan keinginan melakukan sesuatu. Pemberhentian tersebut untuk menimbang dan berpikir, apakah pekerjaan tersebut berguna atau tidak. Sementara menurut Ibnu Taimiyah berpandangan bahwa muhasabah disebut juga dengan ‘self critism’ atau ‘self interrogation’ merupakan agenda kegiatan yang dilakukan oleh seseorang setiap hari, setiap saat untuk menilai baik atau buruk, benar atau salah. Selain itu juga sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala kelimpahan karunia-Nya dan memohon ampun segala kesalahan.

Muhasabah ini menjadi sangat penting kita lakukan sebagai bentuk ketaatan kita kepada Sang Khaliq sehingga muhasabah akan memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari kita diantaranya.

1. Usaha untuk meningkatkan kemampuan kecerdasan emosional kita seperti sabar dan ikhlas.

2. Meningkatkan kemampuan evaluasi diri terhadap apa dan bagaimana hari ini untuk menyiapkan hari esok. Sa’id Hawwa (1998) mengutip firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam bukunya ‘Tazkiyatun Nafs’ tentang keuntungan muhasabah yaitu, ‘Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. (QS. al-Hasyr:18).

3. Ibarat lampu, muhasabah adalah lampu yang menerangi dirinya sendiri dengan melalui mengingatkan dan menasehati diri sendiri, seperti firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, ‘Sesungguhnya orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa was-was, mereka ingat Allah. Maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya (QS. al-A’raf : 201).

4. Membawa kedamaian dan ketenangan hidup.

5. Terhindar dari distress dan strain expressed.

Itulah muhasabah bagi kehidupan sehari-hari kita sangat berguna dan sangat bermanfaat sebagai salahsatu cara pemecahan masalah, kalau kita berikhtiar semua masalah akan bisa diselesaikan dengan baik. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, ‘Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..'(QS. al-Baqarah: 286).