Bu Sri Mulyani Puyeng …


Putra Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati tahun ini mulai mengenyam bangku kuliah. Seperti orang tua calon mahasiswa lain, Menteri Keuangan ini mengatakan terperanjat dengan besarnya biaya masuk sebuah Universitas Negeri terkemuka di Jakarta. Untuk jurusan tertentu, uang masuk di Universitas Favorit mencapai angka puluhan hingga ratusan juta rupiah.

” Saya yang Menteri saja begitu tahu Tuition ( biaya masuk ) kuliah di almamater saya langsung puyeng,” kata Sri Mulyani sambil memegang kening. ” Anggaran pendidikan yang bertriliun- triliun itu lari kemana..? Mengapa masyarakat tidak merasa mendapat apa-apa..?” tanya ibu satu putri dan dua putra yang juga alumnus Universitas Indonesia itu.

Sebagai Menteri Keuangan yang hafal dengan hitung-hitungan alokasi anggaran pendidikan, separuh anggaran seharusnya digunakan untuk memperbaiki kualitas pendidikan tinggi. Sebab, pendidikan tingkat SD – SMP menjadi tanggungjawab Kabupaten dan Propinsi menanggung kualitas pendidkan tingkat SMA.

Dengan pembagian tugas itu, di atas kertas alokasi anggaran di Depdiknas seharusnya dialokasikan untuk pendidikan tinggi. ” Tapi, kok uang masuk kuliah masih semahal itu..?” keluhnya. Dia menilai, pembelanjaan anggaran pendidikan harus dibenahi sehingga tidak terjadi kekecewaan di masyarakat.

” Kalau anggaran pendidikan sudah besar, mengalahkan anggaran infrastruktur dan subsidi, tapi kualitas pendidikan tidak meningkat, itu artinya double losses,” tuturnya. ( Kaltim Post, 13 Maret 2010 )

Aneh, ibu yang satu ini kok baru tahu ya…? Padahal sudah bukan rahasia umum kalau hal ini sejak beberapa tahun yang lalu sering menjadi hal yang didemo mahasiswa. Sejak adanya BHMN, polemik tentang mahalnya biaya kuliah sering menghiasi berita media setiap tahunnya.

Beliau bisa mengatakan hal ini dikarenakan saat beliau masuk kuliah biaya pada saat itu di Universitas Negeri sangat murah dan terjangkau kocek orang tua yang berstatus Pegawai Negeri rendahan. Saya pun mengalami hal ini. Sehingga pada saat tersebut ada julukan bahwa salah satu Perguruan Tinggi di Bogor disebut sebagai ” Kampus Rakyat “, karena terjangkau bagi kocek para petani gurem maupun Pegawai Negeri rendahan.

Jaman Soeharto berkuasa, bisa kita bilang biaya masuk perguruan tinggi adalah yang Paling Murah adanya sampai dengan saat ini.

Memperhatikan paparan pandangan ibu Kasir Negeri ini ternyata kemungkinan ada yang salah dalam alokasi anggaran pendidikan di Negeri ini…? Benarkah…?